ISIF Cirebon – Islam secara prinsip, tataran normatif dan teologis sangat in line (sejalan) dan sangat menjunjung prinsip-prinsip demokrasi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Rektor Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) KH. Marzuki Wahid dalam ISIF Public Lecture bersama International Guest Lecturer Prof. Greg Fealy, Ph.D dari The Australian National University Canberra Australia dan moderator Nurul Bahrul Ulum, M.P.P dosen ISIF Cirebon.
“Islam sangat in line dengan seluruh prinsip-prinsip demokrasi. Sehingga ini menjadi sebuah keniscayaan,” kata KH. Marzuki Wahid, saat menyampaikan pandanganya soal Islam dan Demokrasi di Ruang Konvergensi, pada Minggu, 14 Juli 2024.
Marzuki Wahid mengatakan bahwa prinsip demokrasi dalam Islam terbagi menjadi tiga bagian, di antaranya musyawarah, keadilan dan kemaslahatan.
Pertama, dalam prinsip musyawarah, kata Marzuki Wahid, Islam mengenalnya dengan kata syura’. Di dalam prinsip ini Islam mengajarkan untuk selalu melakukan dialog dan diskusi saat menghadapi masalah.
Bahkan di setiap pondok pesantren sekalipun prinsip musyawarah ini menjadi jalan terbaik dalam setiap menyelesaikan permasalahan.
“Dalam prinsip musyawarah ada dialog, ada diskusi antar berbagai pihak, sehingga itu menjadi keputusan yang terbaik. Bahkan di pesantren musyawarah menjadi utama, keputusan musrawayah menjadi yang terbaik,” jelasnya.
Kedua, prinsip keadilan. Dalam prinsip ini lanjut kata Penulis Buku Fiqh Indonesia itu, Islam sangat menjunjung keadilan dan ini menjadi bagian penting dari demokrasi. Sehingga di dalam Islam, kita dilarang untuk merendahkan semua umat manusia, baik laki-laki perempuan, juga mayoritas dan minoritas.
“Islam adalah agama keadilan, bukanlah agama kalau tindakannya tidak adil. Karena itu agama dan keadilan menjadi sesuatu yang melekat. Dan tindakan yang merendahkan orang lain, itu bukan Islam,” paparnya.
Ketiga, kemaslahatan. Kiai Marzuki mengungkapkan bahwa seluruh tindakan Islam hadir untuk diorientasikan kepada kemaslahatan. Kalau ada tindakan yang tidak ada kemaslahatan maka itu bukan Islam.
“Kemaslahatan diperoleh dengan cara halal, adil, memanusiakan manusia, itu adalah satu nafas dalam Islam,” ungkapnya.
Bahkan Kiai Marzuki juga menegaskan bahwa demokrasi adalah alat. Sehingga dengan adanya demokrasi orang-orang akan dihargai, akan menjadi subjek sepenuhnya.
“Islam dan demokrasi adalah satu jalur, maka kita penting untuk menerapkan seluruh nilai-nilai Islam dalam kehidupan demokrasi kita. Yaitu bagaimana agar kita selalu memiliki sikap bijaksana, kasih sayang, cinta kasih dan syukur,” tukasnya.